Separuh belikat, terluka gelatik duka. Menggentas kelopak, angkara mengabur senja. Aku menulisnya beberapa tahun lalu, dengan air mata membasahi setiap tulisan di atas kertas buku lirik milikku. Seperti sebuah canting tatkala membatik, pena di jemariku meliuk membentuk kata-kata yang mewakili perasaannya. Sudah lama kututup pintu itu, bahkan kupastikan untuk menguncinya rapat-rapat. …
Rumah Kakek tak lagi menyenangkan tanpa kehadiran adik dan sepupu-sepupuku yang lain. Peter, Hendrick, Janshen, William, dan Hans pun tak lagi mengisi hari-hariku hingga rasanya tak ada lagi penyemangat hidup.
Senja kala. Setiap orang punya perasaan yang berbeda tentang gurat merah yang menghiasi langit senja itu. Ada yang menganggapnya indah, tenang, bahkan romantis seperti yang sekarang kian populer disajakkan para penyair. Namun, bagiku, Peter, Hans, Hendrick, William, dan Janshen, saat itu artinya tidak boleh ke mana-mana. Kami akan berada di kamar dan aku bercerita tentang hal mengerikan apa…